A.
Pengertian Tes
Istilah tes berasal
dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau jambangan
dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi
dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk
menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian
suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu.
Sebagaimana dikemukakan Sax dalam Arifin (2012) bahwa “a test may be defined
as a task or series of task used to obtain systematic observations presumed to
be representative of educational or psychological traits or attributes”. (tes
dapat didefinisikan sebagai tugas atau serangkaian tugas yang digunakan untuk
memperoleh pengamatan-pengamatan sistematis, yang dianggap mewakili ciri atau
aribut pendidikan atau psikologis). Istilah tugas dapat berbentuk soal atau
perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil
kuantitatif ataupun kualitatif dari pelaksanaan tugas itu digunakan untuk
menarik simpulan-simpulan tertentu terhadap peserta didik.
Sementara itu, S.
Hamid Hasan dalam Arifin (2012) menjelaskan “tes adalah alat pengumpulan data
yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi
butir (soal) yang dipergunakan”. Rumusan ini lebih terfokus kepada tes sebagai
alat pengumpul data. Memang pengumpulan data bukan hanya ada dalam prosedur
penelitian, tetapi juga ada dalam prosedur evaluasi. Dengan kata lain, untuk
mengumpulkan data evaluasi, guru memerlukan suatu alat, antara lain tes. Tes
dapat berupa pertanyaan. Oleh sebab itu, jenis pertanyaan, rumusan pertanyaan,
dan pola jawaban yang disediakan harus memenuhi suatu perangkat kriteria yang
ketat. Demikian pula waktu yang disediakan untuk menjawab soal-soal serta
administrasi penyelenggaraan tes diatur secara khusus pula.
Persyaratan-persyaratan ini berbeda dengan alat pengumpul data lainnya.
Dengan demikian, tes pada hakikatnya adalah suatu alat yang berisi
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu.
Artinya, fungsi tes adalah sebagai alat ukur. Dalam tes prestasi belajar, aspek
perilaku yang hendak diukur adalah tingkat kemampuan peserta didik dalam
menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan.
Teknik tes adalah teknik evaluasi
pembelajaran yang menggunakan instrumen tes sebagai instrumen atau alat ukur
dalam evaluasi. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang diberikan
kepada siswa untuk memperoleh informasi tentang kemampuan, penguasaan atau
aspek-aspek lain yang sejenis berdasarka ketentuan yang benar. Umar dkk dalam
Wiyono dan Sunarni (2009) mengatakan tes adalah himpunan pertanyaan yang harus
dijawab, atau peryataan yang harus dipilih/ ditanggapi, atau tugas-tugas yang
harus dilakukan oleh orang yang dites.
B.
Jenis-jenis Tes
Ada
beberapa jenis tes ditinjau dari beberapa segi. Jenis-jenis tes tersebut dapat
diklarifikasi sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
aspek kepribadian yang diukur, tes dibedakan atas:
a. Tes
prestasi belajar (Achievement test) menurut Imron (2011) adalah
suatu tes yang dimaksud unntuk mengukur perolehan belajar testee setelah yang
bersangkutan melaksanakan akttivitas belajar yang dirancang oleh guru. Tes prestasi biasanya
didesain untuk mengukur pengetahuan atau keterampilan seorang individu
pada suatu materi yang telah dipelajari atau diajarkan.
b. Tes
intelegensi (Intelligence test)
adalah tes yang bermaksud untuk mengkur kemampuan umum atau kecerdasan yaang
dimiliki oleh testee. Tes
ini disusun dan
dikembangkan untuk mengetahui kemampuan dasar individu secara umum. Biasanya tes dirancang untuk
mendapatkan angka global tunggal ukuran tingkat perkembangan kognitif umum
individu. Keluaran angka ini kemudian sering disebut sebagai Intelligence
Quotient (IQ).
c. Tes
bakat (Aptitude test) menurut Imron (2011)
adalah tes yang dimaksud untuk mengkur
kemampuan khusus atau bakat testee. Menurut Kato (2015) Melalui
tes bakat, maka variasi intraindividual dapat terlihat di dalam individu. Tes
bakat dapat membandingkan posisi relatif individu pada subtes-subtes yang
berbeda, yang mana tes inteligensi tidak dirancang untuk kegunaan ini. Dalam
tes inteligensi, memang bias jadi terdapat banyak subtes, akan tetapi subtes
atau kelompok item yang ada seringkali tidak reliable untuk mendukung
pembandingan intra individu. Hal ini dikarenakan dalam penyusunan tes
inteligensi memang item dan subtesnya biasanya dipilih untuk menghasilkan
ukuran tunggal dan konsisten secara internal. Dalam prosesnya, usaha ditujukan
untuk meminimalkan, bukan memaksimalkan variasi intra individual. Subtes-subtes
dan item-item yang korelasinya rendah dengan subtes dan item lain dalam skala
biasanya justru dihilangkan. Padahal bagian ini justru mungkin akan
dipertahankan bila penekanannya pada variasi intraindividual atau diferensiasi
kemampuan individual seperti pada tes bakat.
d. Tes
minat (Interest) menurut Imron (2011)
adalah suatu tes yang dimaksudnkan untuk
minat seseorang akan suatu pekerjaan tanpa mempertimbangkan apakah pekerjaan
tersebut mengunntungkan secara finansial atau tidak.
e. Tes
sikap (Attitude test) yakni salah
satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
f. Tes
fisik (Physical test) adalah suatu
instrument yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang individu,
dengan tes ini peserta akan mendapatkan informasi mengenai kebugaran tubuhnya.
g. Kepribadian
(Psycho test) dimaksudkan utuk
mengetahui seberapa peserta tes mempunyai integritas dan konsistensi.
2.
Berdasarkan
scope sasaran yang diukur, tes dapat dibedakan atas:
a. Tes
performansi maksimum (Maximum performance
test) adalah mengukur seluruh kemampuan siswa dan seberapa baik dapat
melakukannya. Dalam hal ini pertanyaan (tugas) yang diberikan harus jelas
struktur dan tujuannya, serta arah jawaban yang dikehendakinya. Di sini ada
jawaban betul dan salah, misalnya: tes kemampuan/bakat, dan tes hasil belajar.
b. Typical
performance tes (Typical performance
test), mengukur kecenderungan reaksi atau perilaku individu dalam situasi
tertentu. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar – salah, misalnya: tes kepribadian,
sikap, minat (Joesmani dalam Tarsidi)
3.
Berdasarkan
tujuan evaluasinya, tes dapat dibedakan atas:
a. Tes
Diagnostik(DiagnosticTest)
Menurut Sukardi
(2010:48-49) tes diagnostik digunakan untuk mengetahui sebab kegagalan peserta
didik dalam belajar. Oleh karena itu dalam menyusun butir-butir soal seharusnya
menggunakan item yang memiliki tingkat kesukaran rendah.
Tes diagnostik dapat
digunakan untuk kepentingan lain sesuai dengan terapi yang ingin dilakukan
terhadap peserta didik, antara lain adalah:
1) diagnostik
untuk kepentingan seleksi,
2) diagnostik
untuk kepentingan pemilihan jabatan dan lapangan studi,
3) diagnostik
untuk kepentingan psikoterapi, dan
4) diagnostik
untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan dalam belajar (Sumadi Suryabrata,
1984:43).
Tes
diagnostik untuk kepentingan seleksi dapat digunakan dalam satu lembaga
pendidikan bermaksud menerima murid baru secara terbatas, sedangkan pelamar
lebih dari yang dibutuhkan, untuk menerima murid tersebut diadakan seleksi guna
memilih calon yang terbaik. Namun untuk menentukan tepat tidaknya seorang
pelamar diterima sebagai murid pada lembaga pendidikan yang menggunakan tes
diagnostik, dasarnya tidak hanya kemampuan intelektual, melainkan kesesuaian
antara beberapa ciri kepribadian, kemampuan dasar yang dimiliki dengan sifat
lembaga pendidikan tersebut.
Sedangkan
tes diagnostik untuk kepentingan pemilihan jabatan atau lapangan studi, dapat
digunakan asumsi bahwa tidak semua manusia memiliki kemampuan, kecenderungan,
bakat, dan keahlian yang sama. Seseorang dapat berhasil dalam usahanya, baik
dalam pendidikan maupun pekerjaan, adalah apabila pekerjaan itu sesuai dengan
minat, kecenderungan, keahlian, dan keterampilan yang sudah dimilikinya. Oleh
karena itu untuk dapat mendiagnosis kesesuaian tersebut diperlukan tes
diagnostik yang dirancang khusus untuk itu.
b.
Tes Penempatan(PlacementTest)
Menurut
Thoha (2003) tes penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan dasar yang
dimiliki oleh anak didik; kemampuan tersebut dapat dipakai meramalkan kemampuan
peserta didik pada masa mendatang, sehingga kepadanya dapat dibimbing,
diarahkan atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya. Tes penempatan (placementtest) dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1)
Readinesstest, ismeasurestheextenttowhichan
individual has achieveda
degreeofmaturityoracquiredcertainskillorinformationneededforundertakingsuccessfullysomenewlearningactivity (Stanley and Kenneth, 1978:455). Penyusunan item tes ini hendaknya menggunakan
taraf kesukaran yang relatif rendah, tetapi penilaiannya menggunakan acuan
patokan. Sedangkan kriteria keberhasilannya adalah sejauh mana peserta didik
berhasil menguasai sejumlah pre-requisitentryskill
tiap mata pelajaran atau program pendidikan tertentu. Manfaat yang diperoleh
dari tes ini dapat untuk memperbaiki kualitas masukan, dapat digunakan untuk
mengukur kelebihan serta kekurangan proses belajar-mengajar sebelumnya.
2)
Placementpre-test, tes ini pengukurannya ditekankan untuk
mengetahui seberapa jauh penguasaan calon peserta didik terhadap tujuan, materi
yang akan ditempuh. Oleh karena itu penyusunannya menggunakan tingkat kesulitan
item secara merata, pengolahan hasil tes menggunakan acuan kelompok. Sasaran
utamanya membuat perencanaan yang realistis dalam memberikan bimbingan,
pengarahan kepada peserta didik untuk menghadapi program pendidikan yang akan
dilaluinya, khususnya bimbingan belajar dan penempatan peserta didik pada
program tersebut.
c.
Tes Seleksi (SelectionTest)
Tes
seleksi dalam Matondang adalah penilaian acuan kriteria. Menurut Poerwati dan
Masduki tes seleksi diselenggarakan untuk memilih peserta guna diikutsertakan
dalam kegiatan yang menuntut kemampuan tertentu. Penentuan jenis kemampuan dan
tingkat penguasaan pada tes seleksi, sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan
kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan. Dengan demikian,
berdasarkan hasil tes seleksi seseorang dapat dinyatakan diterima atau berhasil
dan tidak diterima atau tidak lolos untuk mengikuti program kegiatan yang
direncanakan. Menurut Arifin (2012) dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi
adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai peserta didik untuk jenis pekerjaan, jabatan atau pendidikan
tertentu.
d.
Tes Formatif(FormativeTest)
Menurut Sukardi (2010:58) evaluasi
formatif bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh seorang
evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan
unit proses belajar mengajar. Evaluasi formatif dilakukan secara periodik
melalui blok atau unit-unit alam proses belajar mengajar. Fungsi evaluasi
formatif merupakan evaluasi yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran maupun strategi pengajaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
evaluasi ini dapat dilakukan secara kontinu atau periodik tertentu dalam suatu
proses belajar mengajar. Yang dimaksud periodik di sini, yaitu termasuk pada
awal, tengah. Atau akhir dari proses pembelajaran. Fokus evaluasi berkisar pada
pencapaian hasil belajar mengajar pada setiap unit atau blok material yang
telah direncanakan untuk dievaluasi. Informasi yang diperoleh dari evaluasi
formatif ini secepatnya dianalisis guna memberikan gambaran kepada guru atau administrator,
tentang perlu tidaknya dilakukan program-program perbaikan bagi para siswa yang
memerlukan.
e.
Tes Sumatif(SumativeTest)
Tes
ini disebut tes akhir semester atau evaluasi belajar tahap akhir (EBTA). Tes
ini bertujuan mengukur keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh,
materi yang diujikan seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu
program tahunan atau semesteran, masing-masing pokok bahasan terwakili dalam
butir-butir soal yang diujikan. Hasil evaluasi sumatif dipakai untuk membuat
keputusan penting bagi peserta didik, misalnya penentuan kenaikan kelas,
kelulusan sekolah, dan membuat keputusan lainnya yang terkait dengan
kepentingan peserta didik. Standar yang digunakan untuk menentukan kualitas
hasil evaluasi sumatif menggunakan acuan kelompok. Namun dalam hal-hal tertentu
dapat menggunakan acuan lain seperti acuan patokan, atau acuan nilai.
4.
Berdasarkan
penekanan aspek yang diukur, tes dapat dibedakan atas:
a. Tes
Diagnostik(DiagnosticTest)
Menurut Arifin (2012)
diagnostik yaitu penilaian yang berfungsi mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab kegagalan atau pendukung keberhasilan dalam pembelajaran. Berdasarkan
hasil penilaian diagnostik ini, dilakukan perbaikan-perbaikan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran, dapat
dilakukan secara perorangan melalui teknik evaluasi diri atau dapat juga
dilakukan secara kelompok bersama guru sejawat lainnya yang mengajar bidang
studi serumpun. Informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi (perorangan atau
kelompok) harus akurat agar identifikasi yang dilakukan juga akurat.
Hasil evaluasi yang
dilakukan memiliki beberapa kelemahan, antara lain kurang cermat dalam
menganalisis hasil penilaian, kurang tepat memberikan makna atau penafsiran,
dan kurang tepat menjelaskan hasil penilaian. Kelemahan ini dapat diatasi
dengan cara melakukan evaluasi secara
kelompok atau meminta bantuan orang lain yang paham tentang pembelajaran,
sehingga proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan faktor-faktor
pendukung keberhasilan menjadi lebih tajam, akurat dan komprehensif.
b. Tes
Prognostik (PrognosticTest)
Tes ini didesain untuk
memprediksi karakteristik siswa dalam sekolah khusus. Tes ii memiliki fungsi
yang sama seperti tes aptitude yang berfungsi untuk memprediksi prestasi,
misalnya untuk mengetes kemampuan siswa TK atau siswa kelas pertama dalam
membaca untuk memprediksi apakah anak tersebut sudah dapat membaca atau belum.
Untuk anak-anak SMU tes prognostik ini dalam bentuk matematika (geometri) dan
bahasa asing. Disesain untuk memprediksi kesiapan subjek dalam menerima
pelajaran.
c. Tes
Kecepatan (SpeedTest)
Tes ini bertujuan untuk
mengevaluasi peserta tes (testee) dalam hal kecepatan berpikir atau
keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun hafalan dan
pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya. Waktu yang disediakan
untuk menjawab dan menyelesaikan seluruh tes ini relatif singkat dibandingkan
dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan adalah waktu yang minimal dan
dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan baik dan benar, cepat dan
tepat penyelesaiannya. Tes yang termasuk kategori tes kecepatan, misalnya tes
intelegensi dan tes keterampilan bongkar pasang suatu alat.
Menurut Arifin (2012)
aspek yang diukur dalam tes kecepatan adalah kecepatan peserta didik dalam
mengerjakan sesuatu pada waktu atau periode tertentu. Pekerjaan tersebut
biasanya relatif mudah, karena aspek yang diukur benar-benar kecepatan bekerja
atau kecepatan berpikir peserta didik, bukan kemampuan lainnya.
d. Tes
Kekuatan (Power Test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan.
Kemampuan yang dievaluasi bias berupa kognitif maupun psikomotorik. Soal-soal biasanya relative sukar menyangkut berbagai konsep dan pemecahan masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala kemampuannya baik analisis, sintesis
dan evaluasi.
5. Berdasarkan Cara Pembuatannya,
Tes dapat Dibedakan atas:
a.
Tes Standar (Standardized Test)
Pengertian
tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau
disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara profesional. Tes
tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik; yakni diketahui
validitas dan reabilitasnya baik validitas rasional maupun empiric, reabilitas
dalam arti teruji tingkat stabilitas, maupun homoginitasnya. Tes ini dapat
digunakan dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan kepada beberapa obyek
mencakup wilayah yang luas.
Menurut
Arikunto dalam Thoha, kegunaan tes standar adalah sebagai berikut:
1) Membandingkan
prestasi belajar dengan pembawaan individual atau kelompok,
2) Membandingkan
tingkat prestasi siswa dalam keterampilan di berbagai bidang studi untuk
individu atau kelompok,
3) Membandingkan
prestasi siswa berbagai sekolah dan kelas,
4) Mempelajari
perkembangan siswa dalam suatu periode atau waktu tertentu.
b.
Tes Nonstandar (Unstandardized Test)
Tes
nonstandar adalah kebalikan tes standar, yaitu tes yang disusun oleh seorang
pendidik yang belum memiliki keahlian profesional dalam penyusunan tes, atau
mereka yang memiliki keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara baik,
mengujicobakan, melakukan analisis sehingga validitas dan reabilitasnya belum
dapat dipertanggungjawabkan.
Tes
buatan guru memang memiliki beberapa kekhususan, bisa jadi syarat kualitatif
belum terpenuhi, tetapi ia memiliki kelebihan yaitu lebih cocok untuk mengukur
hal-hal khusus yang tidak dapat distandarisasikan, seperti tes formatif dan tes
diagnostik. Sebab tes ini dirancang sesuai dengan keadaan peserta didik, PBM
pada suatu tingkat dan lembaga pendidikan tertentu.
Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini disajikan tabel perbandingan
antara tes standar dan tes nonstandar:
Tes Standar
|
Tes Nonstandar
|
1. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum pendidikan di seluruh negara.
|
1.
Didasarkan atas bahan dan tujuan
yang dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri.
|
2. Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau keterampilan dengan hanya
sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau topik.
|
2.
Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan keterampilan yang sempit.
|
3. disusun
dengan kelengkapan staf, professor, pembahasan, dan editor butir tes.
|
3.
Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit atau tanpa bantuan orang
lain.
|
4.
Menggunakan butir tes yang sudah diujicoba-kan, dianalisis dan
direvisi sebelum diujikan.
|
4.
Jarang menggunakan butir-butir yang sudah diujicobakan, dianalisis dan
direvisi.
|
5.
Mempunyai reabilitas yang tinggi.
|
5. Mempunyai reabilitas sedang atau rendah.
|
6. Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh Negara
|
6. Norma kelompok terbatas kelas tertentu.
|
(Thoha,
C. 2003:52-53)
6. berdasarkan cara mengerjakannya, tes dapat
dibedakan atas:
a.
Tes Tertulis (Written Test)
Menurut
Thoha (2003:54-55), tes tertulis termasuk dalam kelompok tes verbal, ialah tes
yang soal dan jawabannya diberikan oleh siswa berupa bahasa tulisan. Tes ini
kelebihannya dapat mengukur kemampuan sejumlah besar peserta didik dalam tempat
yang terpisah dalam waktu yang sama. Dalam tes tertulis, peserta didik relatif
memiliki kebebasan untuk menjawab soal, sebab tidak banyak pengaruh kehadiran
pribadi pendidik dalam soal tersebut, sehingga secara psikologis peserta didik
lebih bebas tidak terikat.
Tes
tertulis tetap memiliki kekurangan antara lain belum tentu cocok mengukur ranah
psikomotor, mengukur ranah afektif pada tingkat karakterisasi. Disamping itu
apabila tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dapat mengundang
pengertian ganda, berakibat jawaban yang ditulis oleh peserta didik salah,
demikian pula dalam mengambil kesimpulan.
b.
Tes Lisan (Oral Test)
Tes
lisan ialah tes yang soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Bilamana
seorang pendidik akan melakukan tes lisan, perlu dipersiapkan:
1) Pertanyaan
dengan jumlah banyak dan diklasifikasikan menurut pokok bahasan dan tingkat
kesukaran soal.
2) Setiap
peserta didik diberi waktu yang sama, jumlah soal yang sama, dan tingkat
kesukaran yang sama.
3) Menyiapkan
lembar penilaian yang mencakup aspek yang ditanyakan dan tingkat kesukaran
soal.
4) Menyiapkan
pedoman skoring dan pengkodean jawaban, sehingga pendidik dapat melakukan
pencatatan secara singkat, rahasia, dan tepat pada setiap jawaban yang muncul.
5) Penentuan
nilai akhir dilakukan setelah ujian selesai diusahakan untuk diperbadingkan
dengan peserta yang lain.
6) Sebaiknya
dalam pelaksanaannya pendidik berfungsi sebagai penggali informasi, bukan
hakimyang mengadili dan bukan pula guru yang sedang mengajar di kelas, sehingga
tidak salah menempatkan diri.
Dari segi
persiapan dan cara bertanya tes lisan dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Tes
Lisan Bebas
Artinya, pendidik dalam memberikan soal
kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara
tertulis.
2) Tes
Lisan Berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis
tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
Dalam tes bebas, dialog
terjadi lebih orisinal tidak terikat formalitas, namun sering jawaban lupa
tidak dicatat. Sedangkat kalau dengan pedoman, pertanyaan terarah, jawaban
lebih mudah dicatat dan diseragamkan skoringnya (Thoha, C. 2003:60-61).
c.
Tes Tindakan (Performance Test)
Menurut
Thoha (2003:63-64), tes tindakan adalah tes di mana respon atau jawaban yang
dituntut dari peserta didik berupa tindakan, tingkah laku kongkrit. Alat yang
dapat digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan
terhadap tingkah laku tersebut. Tes ini digunakan untuk mengukur perubahan
sikap peserta didik, kemampuan dalam meragakan atau mengaplikasikan jenis
keterampilan tertentu.
Bentuk
tes ini berupa petunjuk-petunjuk atau perintah-perintah baik secara lisan atau
secara tertulis, dapat berupa penyediaan situasi di mana peserta didik diminta
untuk bereaksi terhadap situasi tersebut, baik dengan disengaja ataupun tidak.
Tes ini dikembangkan antara lain dalam bentuk tes:
1) Tes
Tindakan Berpedoman
Tes tindakan
berpedoman, maksudnya adalah dalam melakukan observasi, termasuk dalam
memberikan perintah kepada peserta didik, pendidik menggunakan pedoman
tertulis, sehingga setiap peserta didik memperoleh tugas yang sama, baik dari
volume, tugas, ataupun tingkat kesukaran tugas tersebut.
2) Tes
Tindakan Tidak Berpedoman
Tes tindakan
tidak berpedoman, artinya dalam memberikan tugas kepada peserta didik, pendidik
tidak menggunakan pedoman tertulis. Pendidik secara langsung melakukan perintah
dan tidak dilengkapi dengan alat observasi tertulis.
Dari segi
keterlibatan pendidik tes tindakan dapat dibedakan:
a. Tes
Tindakan yang Partipatif
Tes tindakan yang
partisipatif, yakni pada saat pedidik melakukan penilaian ikut terlibat secara
langsung dalam kegiatan peserta didik, sehingga dapat menghayati kualitas
perilaku peserta didik.
b. Tes
Tindakan yang Tidak Partisipatif
Tes tindakan yang
dilakukan tanpa partisipasi artinya, pendidik memisahkan diri dan mengambil
jarak dengan peserta didik, pendidik hanya sebagai pengamat. Dari satu sisi
cara ini memberikan waktu dan kesempatan cukup kepada pendidik untuk melakukan
pengamatan dengan baik, tetapi di sisi lain menyebabkan gerakan peserta didik
menjadi kaku; sebab situasi tes berlangsung sangat formal, gerakan yang
bersifat reflaktif sulit muncul pada situasi yang dibuat secara sengaja.
7. berdasarkan jumlah testee yang
mengerjakannya, tes dapat dibedakan atas:
a.
Tes Individual (Individual Test)
Tes individual biasanya digunakan
untuk asesmen individual mendalam. Tes individu pada dasarnya memiliki beberapa
jenis-jenis tes yang mencakup pada individual, dianatara lain tes kepribadian,
tes intelegensi, tes kemampuan, dll. Semua tes ini menggambarkan karakteristik
seseorang dalam berbagai aspek yang diukur melalui tes yang dinginkan dari
salah satu jenis tes individual ini. (Ardiantari, 2014)
b.
Tes Kelompok/ Klasikal (Classical Test)
Tes
kelompok diberikan tester pada sekelompok testee. Tes klasikal biasanya
digunakan untuk seleksi karyawan, seleksi siswa, untuk tujuan riset, screening,
dsb. (Ama, 2014)
Perbedaan
khusus dalam rancangan tes:
1) Tes
kelompok berbeda dengan tes individu dalam hal bentuk ataupun susunan butir
butir soal (item).
2) Tes
kelompok dan tes individu dalam hal kontrol atas kesulitan soal.
3) Dalam
tes kelompok soal soal dengan isi yang sama, diatur dengan tingkat kesulitan
dalam pelaksanaan tes yang diukur secara terpisah berdasarkan waktu. tetapi
satu kesulitan praktis yang dihadapi jika tes dilakukan terpisah yaitu penguji
yang kurang berpengalaman atau kurang cermat bisa melakukan kesalahan
perhitungan waktu. kesalahan tersebut lenih mungkin terjadi pada waktu yang
singkat dibandingkan waktu tes yang panjang.
8.
Berdasarkan waktu penyelenggaraannya,
tes dapat dibedakan atas:
a.
Tes Terjadwal (Regular Test)
Tes terjadwal adalah tes yang dilakukan pada waktu
yang sudah direncanakan atau sudah di jadwalkan.
b.
Tes Tak Terjadwal (Irregular Test)
Tes tak terjadwal adalah tes yang dilaksanakan dalam
waktu yang tidak dijadwalkan (sewaktu-waktu).
9. Berdasarkan cara interprestasi,
dibedakan atas :
a. Penilaian Acuan Patokan (Criterion Referenced Test)
Penilaian acuan patokan (PAP)
biasanya disebut juga criterion
evaluation merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam
pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang
lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan
materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna
mendukung tujuan instruksional (Sukardi, 2010).
b. Penilaian
Acuan Norma (Norm Referenced Test)
Penilaian acuan norma (PAN)
merupakan pendekatan klasik, karena
tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan
penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan
sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran
norma, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku normative
dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor yang
dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau
hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang
sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan
terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru
melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor,
dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan
simpang baku dan variannya (Sukardi,
2010).
10. Berdasarkan Bentuk Evaluasi Dibedakan Atas:
a.
Tes Subjektif (Subyective
Test)
Menurut Imron (2011)
yang dimaksud dengan tes subjektif adalah suatu tes dimana peserta didik harus
mengerjakan dengan memberi uraian atas soal-soal yang di teskan. Menurut Wiyono
dan Sunarni (2009) tes subyektif digunakan untuk menelaah siswa dalam mengorganisasikan
pikirannya, mengemukakan ide dengan kalimatnya sendiri atau mengemukakan ide
dengan kalimatnya sendiri atau mengemukakan penalarannya. Ruang lingkup tes
subyektif cenderung terbatas, namun bisa untuk mengungkapkan kemampuan siswa
secara dalam. Menurut grounlund dalam Sukardi (2010) tes subyektif terdiri
atas:
1)
Tes Essai Bebas (Extended
Response Essai)
Disebut juga dengan
tes esai dengan jawaban panjang,
apabila dalam aplikasi tes memerlukan jawaban siswa secara luas. Evaluator
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan jawaban secara tuntans, dan
jelas. Siswa juga diberikan kesempatan untuk menuangkan ide tersebut menjadi
satu kesatuan sehingga mudah dipahami.
2)
Tes Essai Terbatas (Restriced
Response Essai)
Apabila dalam menjawab
para siswa hanya diminta menguraikan ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai
dengan spasi atau ruang yang disediakan oleh evaluator. Jawaban pertanyaan esai
terbatas ini biasanya mengarah kepada jawaban yang lebih spesifik dan lebih
pasti seperyi kunci jawaban yang dibuat evaluator.
b. Tes
Objektif (Obyective
Test)
Menurut
Imron (2011) Sementara itu tes objektif adalah suatu tes dimana jawaban
soal-soal tes tersebut telah tersedia dan testee telah tersedia hanya memilih
saja. Menurut Wiyono dan Sunarsih (2009) tes objektif digunakan untuk mengukur
penguasaan siswa pada tingkatan terbatas. Tes obyektif terdiri dari:
1) Tes
Benar Salah (True False
Test)
Tes objektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes objektif
dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa
pernyataan (statement), pernyataan ada yang benar dan ada yang salah
(Arikunto, 2009). Menurut Imron (2011) Tes benar salah
mengharuskan peserta tes untuk memilih jawaban benar (B) jika pernyataan soal
dalam tes benar, dan mengharuskan memilih salah (S) jika pernyataan soal dalam
tes salah.
Contoh:
Petunjuk:
Di bawah ini
ada sejumlah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban: benar dan salah.
Anda diminta menentukan pendapat mengenai pernyataan-pernyataan tersebut, benar
ataukah salah. Jika benar lingkarilah huruf B pada lembar jawaban. Jika salah
lingkarilah huruf S sesuai dengan masing-masing pernyataan tersebut.
B – S : Ajaran Islam yang masuk ke
Indonesia adalah “Islam yang kalah”, yakni hanya aspek sufistiknya saja;
sementara aspek rasionalistiknya diambil oleh orang Barat.
Bentuk benar-salah ada dua macam (dilihat dari segi
mengerjakan/menjawab soal), yakni:
a) Dengan
pembetulan (with corrention) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia
memilih jawaban yang salah.
b) Tanpa
pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkati
huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
2) Menjodohkan (Matching Test)
Menurut
Sukardi (2010) item tes menjodohkan sering juga disebut matching test item. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan,
terdiri atas dua kolom sejajar. Pada kolom pertama berisi pernyataan yang
disebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau frasa yang disebut
juga respon atau jawaban. Tes menjodohkan adalah
suatu tes dimana peserta tes harus menjodohkan memasang-pasangkan yang ada pada
bagian soal tes dan bagian jawaban tes (Imron, 2011).
Tes objektif
bentuk matching ini disediakan dua kelompok bahan dan testee harus
mencari pasangan-pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok
pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai dengan petunjuk yang
diberikan dalam tes tersebut.
Contoh 1:
Di bawah ini terdapat dua daftar, yaitu daftar I dan
daftar II. Tiap-tiap kata pada daftar I mempunyai pasangan yang terdapat pada
daftar II. Tulislah hufur abjad yang terdapat pada daftar II di atas titik yang
terdapat pada daftar I
Nomor 1 adalah contoh mengenai cara mengerjakan soal-soal berikutnya:
Daftar I
|
Daftar II
|
2. Belajar merupakan akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon
3. Teori
belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya
|
A. Teori
kognitif
B.Frederick Winslow Taylor
C.Teori behaviorisme
|
3) Pilihan
Ganda (Multiple Choice Test)
Tes
pilihan ganda adalah suatu tes dimana peserta tes tinggal memilih
jawaban-jawaban yang tersedia, dengaan cara melingkari atau menyilang
huruf-huruf jawaban (Imron, 2011). Multiple choice test terdiri
atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum
lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas
bagian keterangan (item) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option).
Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu
kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor) (Arikunto, 2009).
Tes objektif
bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah objektif
bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk
menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa
kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
Contoh 1 : Bentuk pertanyaan
Pilihlah
satu jawaban yang tepat
1. Elemen
manakah yang menjadikan karakteristik dalam statistik inferensial?
A. Mean B. Hipotesis
C. Median D. Modus
Contoh 2: Berbentuk pernyataan (statement)
Pilihlah
satu jawaban yang tepat!
1. Orang
yang menggantikan puasa Ramadhan dengan memberi makan kepada fakir miskin,
disebut membayar:
A.
Jariyah B.
Fidyah
C.
Shadaqah D.
Hibbah
Dalam
perkembangannya, menurut Arikunto (2009) sampai saat ini tes objektif bentuk multiple
choice item dapat dibedakan menjadi sembilan model, yaitu:
a)
Tes Objektif Bentuk Multiple
Choice Item Model Melengkapi Lima/ Empat Pilihan
Tes objektif bentuk multiple
choice item model melengkapi lima pilihan ini pada umumnya terdiri atas:
kalimat pokok (=item) yang berupa pernyataan yang belum lengkap, diikuti oleh
lima kemungkinan jawab (alternatif) yang dapat melengkapi pernyataan tersebut.
Tugas testee disini ialah: memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawab
tersebut, yang menurut keyakinan testee adalah paling tepat (=merupakan jawaban
yang benar).
Dengan demikian, pada tes objektif
bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini, hanya
akan kita jumpai satu jawaban yang benar.
Contoh 1:
Pilihlah
satu jawaban yang paling tepat dengan jalan membubuhkan tanda silang (X) pada
huruf abjad A, B, C, atau D.
1. Apa
tujuan utama didirikannya organisasi persatuan bangsa-bangsa?
A. Memelihara
perdamaian antarbangsa di dunia
B.
Menyediakan sistem baru hukum internasional
C.
Memberikan kontrol militer untuk bangsa yang baru merdeka
D.
Memelihara pemerintahan baru yang demokratis
b)
Tes Obyektif Bentuk Multiple
Choice Item Model Asosiasi Dengan Lima Atau Empat Pilihan
Tes Obyektif bentuk multiple
choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan ini terdiri dari
lima atau empat judul/istilah/ pengertian, yang diberi tanda huruf abjad
didepannya, dan diikuti oleh beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya.
Untuk tiap pernyataan tersebut testee diminta memilih salah satu judul/istilah/
pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah paling
cocok (paling benar).
Contoh 1: Model Asosiasi dengan Lima Pilihan
Untuk butir soal nomor 1 sampai dengan
5 berikut ini, cocokkanlah istilah yang terdapat di belakang huruf abjad,
dengan pernyataan yang terdapat pada masing-masing soal:
A. Dzalim
B.
Fasiq C.
Kafir D.
Murtad
E. Riya
Soal:
1.
Orang yang tidak mengakui adanya
Allah.
2.
Orang yang menempatkan sesuatu tidak
pada tempatnya.
3.
Orang yang keluar dari agama Islam.
4.
Orang yang tahu aturan dan
kewajiban, tetapi tidak mau melakukannya.
5.
Suka pamer dan ingin dipuji orang.
c)
Tes Obyektif Bentuk Multiple
Choice Item Model Melengkapi Berganda
Butir soal sejenis ini pada dasarnya
sama dengan multiple choice item model melengkapi lima pilihan, yaitu
terdiri atas satu kalimat pokok yang tidak (belum) lengkap, diikuti dengan
beberapa kemungkinan jawaban (bisa merupakan lima pernyataan dan bisa pula
merupakan empat pernyataan). Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis
ini, kemungkinan jawaban betulnya bisa satu, dua, tiga, atau empat.
Contoh:
Tulislah:
A.
Bila (1), (2) dan (3) betul.
B.
Bila (1) dan (3) betul.
C.
Bila (2) dan (4) betul.
D.
Bila hanya (4) yang betul.
E.
Bila semuanya betul.
Soal:
1.
Hal-hal yang termasuk perbuatan thaharah adalah:
(1)
Mandi
(2)
Berwudhlu’
(3)
Menghilangkan najis
(4)
Membaca doa iftitah
d)
Tes Obyektif Bentuk Multiple
Choice Item Model Analisis Hubungan Antar Hal
Tes Obyektif bentuk multiple
choice item biasanya terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh
satu kalimat keterangan. Kepada testee ditanyakan, apakah pernyataan itu betul,
dan apakah keterangan itu juga betul. Jika pernyataan dan keterangan itu betul,
testee harus memikirkan, apakah pernyataan itu disebabkan oleh keterangan yang
diberikan, ataukah pernyataan itu tidak disebabkan oleh keterangan tersebut?
Contoh:
Soal nomor 1 sampai dengan 3 berikut
ini terdiri atas tiga bagian, yakni: Pernyataan, Sebab dan Alasan, yang disusun
secara berurutan.
Pilihlah:
a.
Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL
dan keduanya menunjukkan HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
b.
Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL,
tetapi keduanya TIDAK MENUNJUKKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
c.
Jika Pernyataan BETUL dan Alasan
SALAH
d.
Jika Pernyataan SALAH dan Alasan
BETUL.
e.
Jika Pernyataan SALAH dan Alasan
Salah.
Soal:
1. Diantara
syarat-syarat wajib haji adalah Islam.
SEBAB
Tidak wajib bahkan tidak akan sah
jika haji orang kafir.
2. Seseorang
akan berangkat menunaikan ibadah haji, tiba-tiba menderita sakit berat sehingga
tidak mungkin melaksanakan ibadah haji tersebut, dan karena itu gugurlah
kewajiban menunaikan ibadah hajinya untuk selama-lamanya.
SEBAB
Kewajiban
menunaikan ibadah haji bagi orang Islam hanya satu kali dalam seumur hidupnya.
3. Nabi Muhammad SAW itu bersifat ma’shum atau terhindar dari dosa.
SEBAB
Dosa
seseorang itu akan ditanggung sendiri oleh yang bersangkutan.
e) Tes
Obyektif Bentuk Multiple Choice Item Model Analisis Kasus
Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebenarnya.
Jadi seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut,
kepada testee ditanyakan mengenai berbagai hal dan kunci jawaban-jawaban itu
tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.
Contoh:
Ikutilah kasus di bawah ini dan
pilihlah jawaban yang tepat untuk soal-soal berikut ini:
Dalam
usahanya untuk menyebarluaskan agama Islam sebagai agama wahyu, Nabi Muhammad
SAW memulai dakwahnya dari lingkup kecil menuju jangkauan yang luas. Dimulai
dari keluarga, kerabat dan seterusnya, menyebar kepada masyarakat luas.
Hal ini beliau lakukan dengan penuh
kesabaran dan keuletan, meskipun dihadapannya terbentang tantangan dan kendala
yang datang dari masyarakat Quraisy. Kemudian detelah beberapa cobaan datang
dan risiko menimpa diri Nabi, serta dirasa dijadikan pusat pemerintahan dan
daerah penyebaran Islam, maka Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya hijrah ke
Madinah pada tahun 622 Masehi.
Masyarakat
Madinah adalah masyarakat yang komplek, terdiri atas golongan mukmin, Yahudi,
Nasrani dan sebagian kafir dzimny. Di tengah-tengah masyarakat yang demikian
ini ternyata Islam dapat berkembangan dengan pesat, bahkan dapat berdiri suatu
Negara dan pemerintahan Islam. Diantara mereka dibuat suatu perjanjian untuk
bersama-sama membangun negeri Madinah, dan kepada kafir dzimny Nabi memberi
kebebasan untuk tetap tinggal di sana; mereka dikenakan semacam pajak yang
disebut ji’zah.
Soal:
Dari uraian
di atas dapatlah ditarik pengeritan, bahwa:
A. Agama Islam itu memandang sama antara mukmin
dengan orang kafir.
B. Orang
kafir dzimny itu bukanlah termasuk musuh Islam.
C. Agama
Islam dapat berkembang pesat karena adanya dukungan kafir dzimny.
D. Sejak
dahulu Islam telah menekankan prinsip-prinsip toleransi dan kerjasama.
E. Antara agama Nasrani, Yahudi dan Islam pada
dasarnya tidak berbeda.
f)
Tes Obyektif Bentuk Multiple
Choice Item Model Hal Kecuali
Model “Hal Kecuali” ini dikembangkan
atas dasar Asosiasi Positif dan Asosiasi Negatif secara serempak. Jika model
semacam ini digunakan dalam tes hasil belajar, maka pada kolom sebelah kiri
dicantumkan tiga macam gejala atau kategori (yakni A, B dan C); sedangkan pada
kolom sebelah kanan terdapat lima hal atau keadaan (yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5),
dimana empat diantaranya cocok dengan satu hal yang berada di sebelah kiri.
Jawaban yang dikehendaki oleh tester ialah, agar testee menentukan hal berabjad
mana yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang
tidak cocok dengan hal dan keadaan itu. Jadi, disini testee diminta untuk
memberikan dua buah jawaban, yaitu: 1 huruf abjad dan 1 nomor.
Contoh:
Untuk soal
di bawah ini anda diminta dua jawaban. Pada kolom sebelah kiri terdapat tiga
macam kategori, sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima macam hal,
dimana empat diantaranya berhubungan erat dengan salah satu kategori di kolom
sebelah kiri.
Kategori
manakah yang berhubungan erat dengan empat hal tersebut, dan pilihlah hal yang
tidak termasuk kelompok hal dimaksud di atas!
Soal:
A. Kriteria
untuk menjadi Khalifah
1. Shiddiq
dalam pemerintahan Islam. 2. Amanah
B. Sifat-sifat
orang yang
sombong. 3. Khianat
C. Sifat-sifat
yang dimiliki oleh
Rasul. 4. Tabligh
5. Fathanah
(Kunci: C.3)
g)
Tes Obyektif Bentuk Multiple
Choice Item Model Hubungan Dinamik
Tes Obyektif
bentuk multiple choice item model hubungan dinamik ini adalah salah satu
jenis tes objektif bentuk pilihan ganda, yang menuntut kepada testee untuk
memiliki bekal pengertian atau pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam
hubungan dinamik.
Dalam praktek model ini lebih sesuai
diterapkan pada tes hasil belajar yang termasuk dalam kelompok mata pelajaran
eksakta, seperti: Fisika, Kimia, Biologi dan sebagainya.
Contoh:
Pilihlah:
A. Jika (1)
naik maka (2) naik.
Jika (1) turun maka (2) turun.
B. Jika (1)
naik maka (2) turun.
Jika (1) turun maka (2) naik.
C.Jika
perubahan pada (1) tidak mempengaruhi (2).
Soal:
1. (1)
Volume urine.
(2) Berat
jenis urine.
2. (1) Kadar
protein plasma.
(2) Tekanan
koloid osmotic plasma.
(Kunci: 1.C
2.A)
h)
Tes Obyektif Bentuk Multiple
Choice Item Model Perbandingan Kuantitatif
Pada model perbandingan kuantitatif
ini, yang perlu ditanyakan kepada testee adalah hafalan kuantitatif yang
sifatnya fundamental dan dikemudian hari perlu hafal di luar kepala, didalam
profesinya tanpa melihat buku, daftar atau tabel.
Contoh:
Petunjuk:
Di bawah ini
terdapat beberapa soal mengenai perbandingan.
Tulislah:
A. Jika (1)
lebih besar daripada (1)
B. Jika (1)
lebih kecil daripada (2)
C. Jika
keduanya sama besar atau hamper sama besar.
Soal:
1. (1) Berat
Jenis Bensin
(2) Berat Jenis Air
2. (1)
Pulai Irian
(2) Pulau Kalimantan
(Kunci: 1.B
2.A)
i)
Tes Obyektif Bentuk Multiple
Choice Item Model Pemakaian Gambar/Diagram/Grafik/Peta
Pada tes objektif bentuk multiple
choice item model ini, terdapat gambar/diagram/grafik/peta yang diberi
tanda huruf abjad A, B, C, D dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang
sifat/keadaan/hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.
4)
Tes
Melengkapi (Completion Test)
Tes melengkapi
biasanya disebut tes menyempurnakan. Tes melengkapi yaitu salah satu jenis tes
objektif yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Tes tersebut terdiri atas susunan
kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan (sudah dihapuskan)
b)
Bagian-bagian yang dihilangkan
itu diganti dengan titik-titik (….)
c)
Titik-titik itu harus diisi atau
dilengkapi atau disempurnakan oleh testee, dengan jawaban (yang oleh tester)
telah digantikan.
Jadi sebenarnya tes objektif bentuk completion ini mirip sekali
dengan tes objektif bentuk tes isian (fill in). Letak perbedaannya ialah
bahwa pada tes objektif bentuk fill in bahan yang diteskan ini merupakan
satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes objektif bentuk completion
tidak harus demikian. Dengan kata lain, pada tes objektif bentuk completion
ini, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan
yang lain.
Contoh:
Isilah titik berikut ini dengan jawaban yang benar dan
tepat!
1. Air akan membeku pada suhu …. derajat Farenheit
2. Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun ….
Disamping
tertuang dalam bentuk kalimat-kalimat seperti yang dikemukakan pada contoh, tes
objektif bentuk completion ini dapat pula dituangkan dalam bentuk
gambar-gambar atau peta.
5.
Tes
Jawaban Pendek (Short Answer Test)
Tes jawab pendek ini juga disebut dengan soal jawab singkat adalah butir
soal berbentuk pernyataan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa, satu
angka atau satu formula. Butir soal tipe ini termasuk salah satu tipe yang
paling mudah dikonstruksi. Hal ini terutama disebabkan oleh butir soal ini
hanya akan mengukur hasil belajar yang sederhana, yaitu bersifat ingatan,
khususnya kemampuan di bidang matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
penguasaan kosa kata dalam bahasa asing, nama-nama tokoh serta tempat tertentu
dalam sejarah. Kekuatan lainnya butir soal tipe ini adalah mengharuskan peserta
tes menulis jawabannya, bukan memilih jawaban yang telah tersedia. Dengan
demikian, maka akan dapat meminimalkan kemungkinan menebak.
Ada dua keterbatasan utama butir soal tipe jawaban
pendek ini, yaitu tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks dan sulit
dinilai. Karena sifatnya yang sederhana, maka butir soal tipe ini hanya
menghasilkan respons singkat yang sederhana. Respon singkat yang seperti itu
tidak memungkinkan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks. Kebanyakan
hanya terbatas pada hasil belajar yang bersifat ingatan, dan paling tinggi
hanya bersifat pemahaman. Untuk Matematika atau IPA masih mungkin untuk
mengukur kemampuan penerapan (aplikasi). Di atas kemampuan itu sudah tidak
mungkin lagi diukur dengan butir soal tipe ini. Keterbatasan kedua, yaitu sulit
dinilai.
Sebagai contoh:
1. Fenomena apakah yang menjadi awal suatu kegiatan
penelitian?
C. Syarat Instrumen Evaluasi
Sebuah
Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan
untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan
hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang
kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak
sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak
yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi
demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Instrumen
Evaluasi yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
1.
Validitas
Validitas
sering diartikan dengan kesahihan. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas
bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek yang seharusnya diukur
dan sesuai kriteria tertentu. Artinya adanya kesesuaian antara alat ukur dengan
fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran (Thoha, 2003: 109). Sebuah Instrumen
evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud
validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil
belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Tinggi rendahnya
validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan
koefisien validitas.
Ada 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali
menjadi perhatian untuk menguji kualitasnya, yaitu:
a. Validitas Isi
Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk
mengetahui ketepatan dari suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi
(konten/materi). Pengecekan validitas isi dapat dilakukan dengan cara
membandingkan isi (konten/materi) tes dengan komponen-komponen yang seharusnya
diukur.
b. Validitas
Susunan (Konstruksi)
Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi
validitas susunan (konstruksi) yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi
syarat-syarat penyusunan tes yang baik.
c. Validitas Bandingan
Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu
tes bila ditelaah berdasarkan hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang
sebenarnya dari siswa saat pengukuran (assessmen) dilakukan.
d. Validitas Ramalan
Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes
(instrumen) bila dilihat dari kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu
(siswa) pada masa yang akan datang.
2.
Reliabilitas
Instrumen
dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapta
menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini tidak
diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan
seseorang si upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu,
maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah
terhadap si badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji
reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Daya
Pembeda
Daya pembeda
sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audience
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan
dengan Index Diskriminasi.
4. Taraf
Kesukaran
Instrumen
yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience
mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece
putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbul p
yang dinyatakan dengan “Proporsi”.
5. Objectivitas
Instrumen
evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi dari
si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas
yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman
tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus
dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali
dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on
the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang
obyektif tentang keadaan audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan
sangat mengganggu hasilnya.
6. Praktikabilitas
Sebuah
intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan,
tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada
audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya
artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang
jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain.
7. Ekonomis
Pelaksanaan
evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Evaluasi hasil belajar peserta
didik adalah suatu tindakan atau
proses untuk
menentukan nilai keberhasilan siswa setelah melakukan proses pembelajaran pada
waktu tertentu.
Namun ketika dirangkai dengan kata pendidikan (evaluasi pendidikan) berarti suatu proses untuk menentukan nilai
pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan di
dalam kurikulum. Teknik evaluasi adalah cara yang
ditempuh untuk mengadakan evaluasi.
Teknik evaluasi
dibagi menjadi 2 yaitu tes dan non-tes. Jenis-jenis tes dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang. Jenis-jenis tes tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: (1) berdasarkan aspek kepribadian yang diukur; (2) berdasarkan
scope sasaran yang diukur; (3) berdasarkan tujuan evaluasinya; (4) berdasarkan
penekanan aspekyang diukur; (5) berdasarkan cara pembuatannya; (6) berdasarkan
cara mengerjakannya; (7) berdasarkan jumlah testee yang mengerjakan; (8)
berdasarkan waktu penyelenggaran; (9) berdasarkan cara interspretasinya; dan
(10) berdasarkan bentuknya. Sebuah
instrumen evaluasi hasil belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan
untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan
hasil yang tidak valid.
DAFTAR
RUJUKAN
Ama,
R. 2014. Tes Individu, Tes Kelompok dan
Tes Minat Populasi. (Online),
(http://amarahmawati3.blogspot.co.id/2014/03/tes-individu-tes-kelompok-dan-tes-minat.html),
diakses 16 Februari 2016.
Ardiantari.
2014. Tes Individual. (Online),
(http://mdyantari.blogspot.co.id/2014/06/tes-individual_9.html), diakses 16
Februari 2016.
Arifin,
Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Arikunto,
Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hayati,
T. R. 2011. EVALUASI PENDIDIKAN : Teknik
Penilaian Tes Objektif. (Online), (http://materikuliah-pai.blogspot.co.id/2011/03/evaluasi-pendidikan-teknik-penilaian.html),
diakses 7 Februari 2016.
Imron,
A. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Matondang,
Z. __. Konsep Dasar Penilaian dalam Pembelajaran, (http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Books-24435-Pengantar%20Evaluasi.pdf),
diakses 12 Februari 2016.
Poerwanti, E. dan Masduki. __. Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen Evaluasi,(http://educloud.fkip.unila.ac.id/index.php?dir=Ilmu%20Pendidikan/Pendidikan%20Guru%20Sekolah%20Dasar/Assesment%20Pembelajaran/&file=assessmen_pembelajaran_4.pdf), diakses
12 Februari 2016.
Sukardi.
2010. Evaluasi pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tarsidi, I. Makalah
Performance Tes, (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196601041993011-IDING_TARSIDI/MAKALAH_PERFORMANCE_TEST.pdf) diakses 13 Februari 2016.
Thoha,
M.C. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wahyudi, U. __. Tes
dan Persyaratannya, (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196009261985031-UYU_WAHYUDIN/Tes_dan_Persyaratannya.pdf), diakses 12 Februari 2016.
Winarno. 2013.
Evaluasi Pembelajaran, (Online), (http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2013/01/34-Evaluasi-Pembelajaran.pdf),
diakses 12 Februari 2016.
Wiyono,
B.B dan Sunarni. 2009. Evaluasi Program
Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Wulandari, E.
2014. Macam-Macam Bentuk Tes Dalam
Pembelajaran Matematik,(Online), (http://emiwln.blogspot.co.id/2014/01/macam-macam-bentuk-tes-dalam.html),
diakses 15 Februari 2016.
Ulianta. 2009. Kriteria Instrumen Evaluasi Harus Memenuhi Syarat Sebelum Digunakan, (Online), (stahndj.ac.id), diakses 12
Februari 2016.
Salam... Permisi, mohon izin sebagian mau saya pakai sebagai sumber bahan tugas kuliah saya. Dan terima kasih sudah menyusun ini.
BalasHapus