BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan
terjadi secara terus-menerus. Proses belajar yang ideal tentunya
menginginkan adanya kelancaranbaik dalam guru menyampaikan materi atau siswa
yang menerima materi,tapi kenyataanya banyak kendala yang dialami siswa yangsering disebut permasalahan atau
hambatan dalam belajar. Hambatan tersebut dapat berasal dari dalam diri anak
maupun dari luar. Terdapat beberapa faktor yang menjadi
penghambat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Yaitu faktor dari dalam
individu dan dari luar. Faktor sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.
Faktorsekolah yang mempengaruhi belajar mencakup beberapa faktor yaitu,metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, dan keadaangedung. Selain
faktor sekolah ada faktor keluarga dan faktor masyarakat yang mempengaruhi
berhasil tidaknya siswa dalam belajar.
Setiap anak mempunyai masalah yang berbeda dengan anak lain.
Dengan adanya hambatan tersebut akan mempersulit anak untuk mancapai hasil
belajar yang maksimal. Oleh karena itu, harus ada solusi untuk mengatasi
hambatan yang muncul dalam belajar pada anak.Sebagai guru
sudah sepatutnya kita bisa menyadari dan bisa memecahkan permasalah. Dalam
makalah ini akan dijelaskan tentang permasalahan-permasalahan yang bekaitan
dengan proses belajar siswa serta bagaimana solusi penanganannya.
B.
Tujuan Pembahasan
Berdasarkan
latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan faktor penghambat
dalam belajar pada siswa di sekolah dan di rumah .
- Mendeskripsikan
cara mengatasi hambatan belajar pada siswa di sekolah dan di rumah.
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang
lingkup pembahasan ini meliputi:
1. Peserta
didik
2.
Hubungan guru dan peserta didik
3. Hubungan
peserta didik dengan peserta didik lain
4. Hubungan
peserta didik dengan orang tua
5. Keadaan
kelas
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Belajar
Skinner,
seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The
Teaching-Learning Process dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru karangan Muhibbin Syah (2010: 88), berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif.
Hintzman
dalam bukunya The Psyschology of Learning and Memory yang dikutip oleh Muhibbin
Syah (2010: 88) dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru berpendapat “Learning is a change in organism due to experience which can affect the
organism’s behavior”. Artinya, belajar adalah suatu prubahan yang terjadi
dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
memengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Bigggs
dalam pendahuluan Teaching for Learning yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2010:
90) dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,mendefinisikan
belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu:
a.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut
pandang jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan
kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang
dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.
b.
Secara institusional (tinjauan
kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan
terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti
institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui seusai
proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik
pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.
c.
Secara kualitatif (tinjauan mutu)
belajar ialah memperoleh arti-arti dan pemahaman serta cara-cara menafsirkan
dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada
tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan
masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
B. Fase-Fase Dalam Proses Belajar
Rebber
(1998), dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah
khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai
hasil-hasil tertentu dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
oleh Muhibbin Syah (2010: 110).
Proses
belajar dapat diartikan sebagai “ tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif,dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya”
(Syah, 2010: 111).
Menurut
Jerome S. Bruner Dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
karangan Muhibbin Syah(2010: 111) dalam proses belajar, siswa menempuh tiga
fase, yakni:
1. Fase
informasi (tahap penerimaan materi)
Seorang
siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang
sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali
baru dan ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam
pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
2. Fase
transformasi (tahap pengubahan materi)
Informasi
yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi
bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat
dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
3. Fase
evaluasi (tahap penilaian materi)
Seorang
siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan (informasi yang telah
ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain
atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya
Psychology of Learning yang dikutip oleh Muhibbin Syah(2010: 111) dalam buku
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, setiap proses belajar selalu
berlangsung dalam tahapan-tahapan yang mencakup:
1.
Acquisition (tahap perolehan atau
penerimaan informasi)
Seorang siswa mulai menerima informasi
sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara
pemahaman dengan perilaku baru dalam kesesluruhan perilakunya. Proses
acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar. Kegagalan
dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
2.
Storage (tahap penyimpanan informasi)
Seorang siswa secara otomatis akan
mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika
menjalani proses acquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short
term dan long term memori.
3.
Retrieval (tahap mendapatkan kembali
informasi)
Seorang siswa akan mengaktifkan kembali
fungsi-fungsi sitem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa
mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali item-item yang tersimpan
dalam memori berupa informasi, simbol,pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai
respons atas stimulus yang sedang dihadapi.
C. Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya
bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan
lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul
dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kegidupan manusia yang juga
bermacam-macam. Dalam bukunya, yang
berjudul Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Muhibbinn Syah (2010: 120)
menjelaskan tentang jenis-jenis belajar sebagai berikut:
1.
Belajar abstrak
Belajar
abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya
adalah unutk memeroleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak
nyata. Dalam mempelajrai hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat
disamping penguasaan atas prinsip,
konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika,
astronomi, filafat, dan materi bidang studi agama seperti tauhid.
2.
Belajar ketrampilan
Belajar
ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakn motorik yakni yang
brgubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot motorik atau neuromuscular.
Tujuannya untuk memperoleh dan menguasai kererampilan jasmaniah tertentu. Dalam
belajar jenis ini pelatihan internal dan teratur amat diperlukan. Termasuk
belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis,
memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama,
seperti ibadah shalat dan haji.
3.
Belajar sosial
Belajar
sosial adalah beldjar memahami maslah-masalah dan teknik-teknik untuk
memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan
dalam memecahkan masalh –masalah sosial seperti masah kelkuarga, masalh
persahabatan, masalah kelompok.
4.
Belajar pemecahan masalah
Belajar
pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir
secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memeroleh
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalh secara rasional,
lugas, dan tuntaas. Untuk itu, kemampuasn siswa dalam menguasai konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
5.
Belajar rasional
Belajar
rasional ialah belajar dengan menggunakan kemmpuan berpikir secara logis dan
rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memeroleh aneka
ragama kecakapank menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar
ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional,
siswa diharapkan memiliki kemampuan rasional problem solving.
6.
Belajar kebiasaan
Belajar
kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan
perintah, teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan
ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan
perbuatan baru yang kebih tepat dan positif.
7.
Belajar apresiasi
Belajar
apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suati objek.
Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkann kecakapan ranah rasa yang
dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu
misalnya apresiasi sastra dan apresiasi musik.
8.
Belajar pengetahuan
Belajar
pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap
objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga diartikan sebagai sebuah progam
belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan
investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar
siswa memeroleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan
tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam
mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan
penelitian lapangan.
D. Kesulitan Belajar dan Alternatif Pemecahannya
1.
Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
Setiap
siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja
akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelaas bahwa
siswa itu memiliki perbedaan.
Sementara
itu penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya
ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang
berkategori di luar rata-rata tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk
berkembang. Dari sinilah kemudian timbul kesulitan belajar, yang juga dialami
oleh siswa yang berkemampuan rata-rata disebabkan oleh faktor-faktor tertentu
yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Dalam
bukunya, Pendidikan Psikologi dengan Pendekatan Baru Muhibbin Syah (2010: 170)
menjelaskan faktor yang menghambat belajar adalah sebagai berikut:
a.
Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau
keadaan-keadaan umum dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa
meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa yakni:
1) Bersifat
kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa.
2) Bersifat
Afektif seperti labilnya emosi dan sikap.
3) Bersifat
psikomotor seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.
b.
Faktor ekstern siswa, yakni meliputi
semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas
belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam:
1) Lingkungan
keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2) Lingkungan
perkampungan atau masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh dan teman
sepermainan yang nakal.
3) Lingkungan
sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru
serta alat-alat belajar yang buruk.
2.
Alternatif
Pemecahan Kesulitan Belajar
Menurut
Muhibbin Syah (2010: 171) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, untuk mendapatkan jalan keluar dari masalah kesulitan belajar pada siswa
ada beberapa langkah yang dilalui yaitu:
a. Diagnosis
Kesulitan belajar
Sebelum
menetapkan alternatif pemecahan kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan
untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti
ini disebut diagnosis yang bertujuan untuk menetapkan jenis kesulitan belajar
siswa.
Dalam
melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya jenis kesulitan
belajar atau disebut diagnostik.
Banyak
langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal
adalah Prosedur Weener dan Senf (1982) sebagai berikut:
1) Melakukan
observasi kelas
2) Memeriksa
penglihatan dan pendengaran siswa
3) Mewawancarai
orang tua atau wali siswa
4) Memberikan
tes diagnostik bidang kecakapan tertentu
5) Memberikan
tes kemampuan intelegensi
b. Analisis
Hasil Diagnosis
Data
dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi
perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan yang dialami siswa
dapat diketahui secara pasti.
c. Menentukan
Kecakapan Bidang Bermasalah
Berdasarkan
hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu
yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan
bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam:
1) Bidang
kecakapan bermasalah yang dapa ditangani oleh guru sendiri.
2) Bidang
kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
3) Bidang
kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang
tua.
BAB III
Hasil Observasi
Lapangan
Nama
Sekolah : SMP Negeri 8 Malang
Alamat : Jalan Arjuno Nomor 19
Malang
Kelas : VIII- H
Materi : Faktor-Faktor yang Menghambat
Proses Belajar.
A.
Faktor
Yang Menghambat Proses Belajar Siswa :
1.
Belajar hanya ketika akan menghadapi
ujian.
2.
Mengalami kesulitan pada mata pelajaran
tertentu.
3.
Bersikap acuh pada materi pelajaran
tertentu.
4.
Mengerjakan ujian dengan mencontek.
5.
Mengantuk saat pelajaran berlangsung.
6.
Memikirkan hal lain saat pelajaran
berlangsung
7.
Asyik mengobrol saat guru sedang
menerangkan pelajaran.
8.
Kurang memahami materi yang disampaikan
guru.
9.
Mengalami gangguan kesehatan saat
pelajaran berlangsung.
10. Perselisihan
dengan teman menyebabkan sulit berkonsentrasi.
11. Mendapatkan
hasil belajar tidak sesuai dengan usaha.
12. Terlalu
banyak jumlah murid dalam satu kelas.
B.
Faktor
Yang Mendukung Proses Belajar Siswa :
1.
Mencatat pelajaran yang sedang
diterangkan guru.
2.
Bertanya tentang materi yang belum
dipahami.
3.
Aktif dalam mengikuti pelajaran.
4.
Selalu mengerjakan PR.
5.
Tidak pernah datang terlambat.
6.
Selalu mengikuti pelajaran.
7.
Tidak menggunakan HP saat pelajaran
berlangsung.
8.
Menggunakan fasilitas yang tersedia di sekolah.
9.
Sering bergaul dengan teman untuk
bertukar pikiran.
10. Suasana
di rumah yang kondusif untuk belajar.
11. Metode
pembelajaran yang digunakan cukup baik.
C.
Hasil
Wawancara
1. Wawancara
dengan Siswa
a. Apakah pernah mengalami
kesulitan dalam belajar?
èPernah.
b. Apakah pernah bertanya
tentang materi yang kurang dipahami pada orang lain? Siapa yang membantu
menyelesaikan masalah tersebut?
èPernah. Biasanya saya bertanya pada
kakak, teman atau guru les saat kurang memahami tentang suatu materi.
c. Apa yang menyebabkan
sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru?
èFaktor
guru :
- Pada
saat menerangkan pelajaran suara guru terdengar kurang jelas.
- Cara
guru menyampaikan materi kurang cocok dengan siswanya.
- Guru
terlalu emosional.
èFaktor Lingkungan
- Suasana
kelas yang kurang nyaman.
- Situasi
dan kondisi yang kurang kondusif.
èFaktor
Teman
- Gangguan
dari teman.
- Teman
kurang bisa diajak diskusi.
d. Suasana belajar yang
seperti apa yang mendukung proses belajar?
- Suasana
lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Suasana
hati yang senang.
2. Wawancara
dengan Guru BK
a.
Hambatan
belajar yang seperti apa yang biasnya dialami siswa?
Jawab:
hambatan yang paling sering muncul antara anak laki-laki dan perempuan itu
beda. Anak laki-laki biasanya diakibatkan karena terlalu suka bermain game
sampai tidak kenal waktu ini bisa berakibat ngantuk pada saat jam belajar
disekolah. Ketika ngantuk maka konsentrasi anak dapat terganggu sehingga kurang
bisa fokus ke mata pelajaran yang diajarkan. Selain itu terlalu sering didepan
komputer/laptop atau yang lain akan mengakibatkan sakit mata atau mata merah.
Lain halnya dengan perempuan, biasanya hambatan serinng muncul karena terlalu
sering menonton sinetron atau film sehingga mengganggu belajar dirumah. Pada
saat di sekolah para siswi juga sering menceritakan apa yang telah dilihatnya
pada waktu malam hari hal ini bila dilakukan pada saat belajar mengajar tentu
akan mengganggu konsentrasi siswi. Peran orang tua saat berada dirumah sangat
berpengaruh untuk memantau belajar anaknya serta mengendalikan mereka.
b. Bagaimana
cara mengatasi hambatan tersebut?
Jawab:
cara mengatasi hamabatan adalah dengan memberian motivasi kepada mereka. Dengan
hal ini diharapkan mereka mau bangkit untuk memperbaiki prestasinya.
c. Jika ada anak yang sedang berniat
sungguh-sungguh dalam belajarnya, namun disisi lain ia tetap dipaksa berada di
lingkungan yang buruk (contoh: lingkungan kelas, teman sepermainannya yang
masih suka usil ataupun menganggu) apa yang perlu dilakukan untuk anak tersebut
tidak terpengaruh dan tetap memiliki keseriusan untuk belajar sungguh-sungguh?
Jawab:
yang membuat tidak nyaman (teman sekelas) yang mengganggu tersebut
dikendalikan, dinasehati dan dibina. Mengajak seluruh siswa dikelas tersebut
untuk kerjasama untuk memberi anak tersebut duduk didepan. Dengan demikian anak
tersebut dapat diawasi. Kapasitas siswa dikelas juga mempengaruhi kenyamanan belajar,
sebaiknya satu kelas hanya berisi 30 sampai 35 siswa saja agar suasana tidak
terlalu padat dan ramai.
d. Metode
yang seperti apa yang saat ini sangat efisien digunakan untuk mengajar siswa?
Jawaban:
dengan metode belajar yang aktif dan menyenangkan. Guru memperhatikan dan
mengamati siswa, kemudian siswa diajak berdiskusi untuk menyelesaikan
petrsoalan yang menjadi pertanyaan. Cara guru menyajikan materi juga
menggunakan media-media yang menarik seperti video atau power point agar
pelajaran tidak membosankan. Proses belajar mengajar tidak dilakukan serius
setiap waktu tetapi kadang ada waktu dimana belajar dilakukan dengan santai.
Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa tegang. Karena kalau siswa terlalu
tegang akan sulit berkonsentrasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perbandingan Hasil Observasi dengan Teori
Berdasarkan
hasil observasi mengenai hambatan dalam belajar siswa, seperti:
1. Belajar
hanya ketika akan menghadapi ujian.
2. Mengalami
kesulitan pada mata pelajaran tertentu.
3. Bersikap
acuh pada materi pelajaran tertentu.
4. Mengerjakan
ujian dengan mencontek.
5. Mengantuk
saat pelajaran berlangsung.
6. Memikirkan
hal lain saat pelajaran berlangsung
7. Asyik
mengobrol saat guru sedang menerangkan pelajaran.
8. Kurang
memahami materi yang disampaikan guru.
9. Mengalami
gangguan kesehatan saat pelajaran berlangsung.
10. Perselisihan
dengan teman menyebabkan sulit berkonsentrasi.
11. Mendapatkan
hasil belajar tidak sesuai dengan usaha.
12. Terlalu
banyak jumlah murid dalam satu kelas.
Maka
dapat dilakuakan alternatif pemecahan dalam hambatan belajar tersebut.
Menurut
Muhibbin Syah (2010: 171) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, untuk mendapatkan jalan keluar dari masalah kesulitan belajar pada siswa
ada beberapa langkah yang dilalui yaitu:
a. Diagnosis
Kesulitan belajar
Sebelum
menetapkan alternatif pemecahan kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan
untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti
ini disebut diagnosis yang bertujuan untuk menetapkan jenis kesulitan belajar
siswa.
Dalam
melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya jenis kesulitan
belajar atau disebut diagnostik.
Banyak
langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal
adalah Prosedur Weener dan Senf (1982) sebagai berikut:
1) Melakukan
observasi kelas
2) Memeriksa
penglihatan dan pendengaran siswa
3) Mewawancarai
orang tua atau wali siswa
4) Memberikan
tes diagnostik bidang kecakapan tertentu
5) Memberikan
tes kemampuan intelegensi
b. Analisis
Hasil Diagnosis
Data
dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi
perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan yang dialami siswa
dapat diketahui secara pasti.
c. Menentukan
Kecakapan Bidang Bermasalah
Berdasarkan
hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu
yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan
bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam:
1)
Bidang kecakapan bermasalah yang dapa
ditangani oleh guru sendiri.
2)
Bidang kecakapan bermasalah yang dapat
ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
3)
Bidang kecakapan bermasalah yang tidak
dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
kegiatan belajar, sering timbul permasalan atau hambatan pada anak.
Permasalahan belajar dapat timbul dari dalam diri anak sendiri (internal)
maupun dari luar (eksternal). Hambatan internal meliputi fisiologis, biologis
dan psikologis anak, mulai dari kecerdasan, motivasi, minat, sampai bakat si
anak. Sedangkan hambatan eksternal meliputi lingkungan sosial maupun lingkungan
non-sosial.
Untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal, hambatn belajar tersebut harus diatasi.
Berbagai hambatan yang timbul saat belajar dapat diatasi mulai dari diri anak
sendiri, keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
A. Saran
Tenaga
pendidik, guru maupun orang tua harus mengerti kemampuan anak. Dalam belajar
anak harus didampingi dan dalam mendidik harus menyesuaikan dengan keadaan
anak. Dalam belajar anak memiliki kebebasan untuk memilih, namun juga harus
mengikuti aturan yang ada.
Untuk
siswa yang mengalami hambatan belajar juga harus sadar dan memiliki semangat
untuk belajar, karena belajar merupakan bekal untuk masa depan. Siswa harus
menjaga kesehatan, hubungan dengan guru, teman, dan keluarga dengan baik agar
batin tidak terbebani sehingga dapat belajar dengan baik.
DAFTAR
RUJUKAN
Syah,
Muhibbin. 2010. Pendidikan Psikologi
dengan Pendekatan Baru.Bandung: Remaja Rosdakarya.
kursornya lucu mksh
BalasHapus