Sabtu, 30 April 2016

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT BELAJAR SISWA di SEKOLAH DAN di RUMAH BAGI SISWA

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan terjadi secara terus-menerus. Proses belajar yang ideal tentunya menginginkan adanya kelancaranbaik dalam guru menyampaikan materi atau siswa yang menerima materi,tapi kenyataanya banyak kendala yang dialami siswa yangsering disebut permasalahan atau hambatan dalam belajar. Hambatan tersebut dapat berasal dari dalam diri anak maupun dari luar. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Yaitu faktor dari dalam individu dan dari luar. Faktor sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Faktorsekolah yang mempengaruhi belajar mencakup beberapa faktor yaitu,metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, dan keadaangedung. Selain faktor sekolah ada faktor keluarga dan faktor masyarakat yang mempengaruhi berhasil tidaknya siswa dalam belajar.
Setiap anak mempunyai masalah yang berbeda dengan anak lain. Dengan adanya hambatan tersebut akan mempersulit anak untuk mancapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, harus ada solusi untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam belajar pada anak.Sebagai guru sudah sepatutnya kita bisa menyadari dan bisa memecahkan permasalah. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang permasalahan-permasalahan yang bekaitan dengan proses belajar siswa serta bagaimana solusi penanganannya.

B. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1.      Mendeskripsikan faktor penghambat dalam belajar pada siswa di sekolah dan di rumah .
  1. Mendeskripsikan cara mengatasi hambatan belajar pada siswa di sekolah dan di rumah.
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan ini meliputi:
1.    Peserta didik
2.    Hubungan guru dan peserta didik
3.    Hubungan peserta didik dengan peserta didik lain
4.    Hubungan peserta didik dengan orang tua
5.    Keadaan kelas




BAB II
KAJIAN TEORI


A.  Definisi Belajar
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru karangan Muhibbin Syah (2010: 88), berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Hintzman dalam bukunya The Psyschology of Learning and Memory yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2010: 88) dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru  berpendapat “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior”. Artinya, belajar adalah suatu prubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Bigggs dalam pendahuluan Teaching for Learning yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2010: 90) dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu:
a.    Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut pandang jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.
b.    Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui seusai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.
c.    Secara kualitatif (tinjauan mutu) belajar ialah memperoleh arti-arti dan pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

B.  Fase-Fase Dalam Proses Belajar
Rebber (1998), dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru oleh Muhibbin Syah (2010: 110).
Proses belajar dapat diartikan sebagai “ tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif,dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya” (Syah, 2010: 111).
Menurut Jerome S. Bruner Dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru karangan Muhibbin Syah(2010: 111) dalam proses belajar, siswa menempuh tiga fase, yakni:
1.    Fase informasi (tahap penerimaan materi)
   Seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
2.    Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
   Informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
3.    Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
   Seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning yang dikutip oleh Muhibbin Syah(2010: 111) dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tahapan-tahapan yang mencakup:
1.    Acquisition (tahap perolehan atau penerimaan informasi)
Seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam kesesluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
2.    Storage (tahap penyimpanan informasi)
Seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.
3.    Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sitem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali item-item yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol,pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atas stimulus yang sedang dihadapi.

C.  Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kegidupan manusia yang juga bermacam-macam. Dalam bukunya,  yang berjudul Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Muhibbinn Syah (2010: 120) menjelaskan tentang jenis-jenis belajar sebagai berikut:
1.    Belajar abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah unutk memeroleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajrai hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas  prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, astronomi, filafat, dan materi bidang studi agama seperti tauhid.
2.    Belajar ketrampilan
Belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakn motorik yakni yang brgubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot motorik atau neuromuscular. Tujuannya untuk memperoleh dan menguasai kererampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini pelatihan internal dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah shalat dan haji.
3.    Belajar sosial
Belajar sosial adalah beldjar memahami maslah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalh –masalah sosial seperti masah kelkuarga, masalh persahabatan, masalah kelompok.
4.    Belajar pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memeroleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalh secara rasional, lugas, dan tuntaas. Untuk itu, kemampuasn siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.

5.    Belajar rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemmpuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memeroleh aneka ragama kecakapank menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rasional problem solving.
6.    Belajar kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang kebih tepat dan positif.
7.    Belajar apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suati objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkann kecakapan ranah rasa yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra dan apresiasi musik.
8.    Belajar pengetahuan
Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga diartikan sebagai sebuah progam belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memeroleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.


D.  Kesulitan Belajar dan Alternatif Pemecahannya
1.      Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelaas bahwa siswa itu memiliki perbedaan.
Sementara itu penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkategori di luar rata-rata tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang. Dari sinilah kemudian timbul kesulitan belajar, yang juga dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Dalam bukunya, Pendidikan Psikologi dengan Pendekatan Baru Muhibbin Syah (2010: 170) menjelaskan faktor yang menghambat belajar adalah sebagai berikut:
a.    Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan umum dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa yakni:
1)      Bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa.
2)      Bersifat Afektif seperti labilnya emosi dan sikap.
3)      Bersifat psikomotor seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.
b.    Faktor ekstern siswa, yakni meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam:
1)      Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2)      Lingkungan perkampungan atau masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.
3)      Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru serta alat-alat belajar yang buruk.
2.      Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2010: 171) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, untuk mendapatkan jalan keluar dari masalah kesulitan belajar pada siswa ada beberapa langkah yang dilalui yaitu:
a.    Diagnosis Kesulitan belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan untuk menetapkan jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya jenis kesulitan belajar atau disebut diagnostik.
Banyak langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah Prosedur Weener dan Senf (1982) sebagai berikut:
1)   Melakukan observasi kelas
2)   Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa
3)   Mewawancarai orang tua atau wali siswa
4)   Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu
5)   Memberikan tes kemampuan intelegensi
b.    Analisis Hasil Diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan yang dialami siswa dapat diketahui secara pasti.
c.    Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam:
1)   Bidang kecakapan bermasalah yang dapa ditangani oleh guru sendiri.
2)   Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
3)   Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua.


BAB III
Hasil Observasi Lapangan


Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Malang
Alamat                        : Jalan Arjuno Nomor 19 Malang
Kelas               : VIII- H
Materi              : Faktor-Faktor yang Menghambat Proses Belajar.
A.    Faktor Yang Menghambat Proses Belajar Siswa :
1.         Belajar hanya ketika akan menghadapi ujian.
2.         Mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu.
3.         Bersikap acuh pada materi pelajaran tertentu.
4.         Mengerjakan ujian dengan mencontek.
5.         Mengantuk saat pelajaran berlangsung.
6.         Memikirkan hal lain saat pelajaran berlangsung
7.         Asyik mengobrol saat guru sedang menerangkan pelajaran.
8.         Kurang memahami materi yang disampaikan guru.
9.         Mengalami gangguan kesehatan saat pelajaran berlangsung.
10.     Perselisihan dengan teman menyebabkan sulit berkonsentrasi.
11.     Mendapatkan hasil belajar tidak sesuai dengan usaha.
12.     Terlalu banyak jumlah murid dalam satu kelas.
B.     Faktor Yang Mendukung Proses Belajar Siswa :
1.         Mencatat pelajaran yang sedang diterangkan guru.
2.         Bertanya tentang materi yang belum dipahami.
3.         Aktif dalam mengikuti pelajaran.
4.         Selalu mengerjakan PR.
5.         Tidak pernah datang terlambat.
6.         Selalu mengikuti pelajaran.
7.         Tidak menggunakan HP saat pelajaran berlangsung.
8.         Menggunakan fasilitas yang tersedia di sekolah.
9.         Sering bergaul dengan teman untuk bertukar pikiran.
10.     Suasana di rumah yang kondusif untuk belajar.
11.     Metode pembelajaran yang digunakan cukup baik.
C.    Hasil Wawancara
1.    Wawancara dengan Siswa
a.  Apakah pernah mengalami kesulitan dalam belajar?
èPernah.
b.  Apakah pernah bertanya tentang materi yang kurang dipahami pada orang lain? Siapa yang membantu menyelesaikan masalah tersebut?
èPernah. Biasanya saya bertanya pada kakak, teman atau guru les saat kurang memahami tentang suatu materi.
c.  Apa yang menyebabkan sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru?
èFaktor guru :
-    Pada saat menerangkan pelajaran suara guru terdengar kurang jelas.
-    Cara guru menyampaikan materi kurang cocok dengan siswanya.
-    Guru terlalu emosional.
èFaktor Lingkungan
-    Suasana kelas yang kurang nyaman.
-    Situasi dan kondisi yang kurang kondusif.
èFaktor Teman
-    Gangguan dari teman.
-    Teman kurang bisa diajak diskusi.
d.  Suasana belajar yang seperti apa yang mendukung proses belajar?
-    Suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
-    Suasana hati yang senang.
2. Wawancara dengan Guru BK
a. Hambatan belajar yang seperti apa yang biasnya dialami siswa?
Jawab: hambatan yang paling sering muncul antara anak laki-laki dan perempuan itu beda. Anak laki-laki biasanya diakibatkan karena terlalu suka bermain game sampai tidak kenal waktu ini bisa berakibat ngantuk pada saat jam belajar disekolah. Ketika ngantuk maka konsentrasi anak dapat terganggu sehingga kurang bisa fokus ke mata pelajaran yang diajarkan. Selain itu terlalu sering didepan komputer/laptop atau yang lain akan mengakibatkan sakit mata atau mata merah. Lain halnya dengan perempuan, biasanya hambatan serinng muncul karena terlalu sering menonton sinetron atau film sehingga mengganggu belajar dirumah. Pada saat di sekolah para siswi juga sering menceritakan apa yang telah dilihatnya pada waktu malam hari hal ini bila dilakukan pada saat belajar mengajar tentu akan mengganggu konsentrasi siswi. Peran orang tua saat berada dirumah sangat berpengaruh untuk memantau belajar anaknya serta mengendalikan mereka.
b. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?
Jawab: cara mengatasi hamabatan adalah dengan memberian motivasi kepada mereka. Dengan hal ini diharapkan mereka mau bangkit untuk memperbaiki prestasinya.
c. Jika ada anak yang sedang berniat sungguh-sungguh dalam belajarnya, namun disisi lain ia tetap dipaksa berada di lingkungan yang buruk (contoh: lingkungan kelas, teman sepermainannya yang masih suka usil ataupun menganggu) apa yang perlu dilakukan untuk anak tersebut tidak terpengaruh dan tetap memiliki keseriusan untuk belajar sungguh-sungguh?
Jawab: yang membuat tidak nyaman (teman sekelas) yang mengganggu tersebut dikendalikan, dinasehati dan dibina. Mengajak seluruh siswa dikelas tersebut untuk kerjasama untuk memberi anak tersebut duduk didepan. Dengan demikian anak tersebut dapat diawasi. Kapasitas siswa dikelas juga mempengaruhi kenyamanan belajar, sebaiknya satu kelas hanya berisi 30 sampai 35 siswa saja agar suasana tidak terlalu padat dan ramai.
d. Metode yang seperti apa yang saat ini sangat efisien digunakan untuk mengajar siswa?
Jawaban: dengan metode belajar yang aktif dan menyenangkan. Guru memperhatikan dan mengamati siswa, kemudian siswa diajak berdiskusi untuk menyelesaikan petrsoalan yang menjadi pertanyaan. Cara guru menyajikan materi juga menggunakan media-media yang menarik seperti video atau power point agar pelajaran tidak membosankan. Proses belajar mengajar tidak dilakukan serius setiap waktu tetapi kadang ada waktu dimana belajar dilakukan dengan santai. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa tegang. Karena kalau siswa terlalu tegang akan sulit berkonsentrasi.



BAB IV
PEMBAHASAN


A.  Perbandingan Hasil Observasi dengan Teori
Berdasarkan hasil observasi mengenai hambatan dalam belajar siswa, seperti:
1.    Belajar hanya ketika akan menghadapi ujian.
2.    Mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu.
3.    Bersikap acuh pada materi pelajaran tertentu.
4.    Mengerjakan ujian dengan mencontek.
5.    Mengantuk saat pelajaran berlangsung.
6.    Memikirkan hal lain saat pelajaran berlangsung
7.    Asyik mengobrol saat guru sedang menerangkan pelajaran.
8.    Kurang memahami materi yang disampaikan guru.
9.    Mengalami gangguan kesehatan saat pelajaran berlangsung.
10.    Perselisihan dengan teman menyebabkan sulit berkonsentrasi.
11.    Mendapatkan hasil belajar tidak sesuai dengan usaha.
12.    Terlalu banyak jumlah murid dalam satu kelas.

Maka dapat dilakuakan alternatif pemecahan dalam hambatan belajar tersebut.
Menurut Muhibbin Syah (2010: 171) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, untuk mendapatkan jalan keluar dari masalah kesulitan belajar pada siswa ada beberapa langkah yang dilalui yaitu:
a.       Diagnosis Kesulitan belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan untuk menetapkan jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya jenis kesulitan belajar atau disebut diagnostik.
Banyak langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah Prosedur Weener dan Senf (1982) sebagai berikut:
1)      Melakukan observasi kelas
2)      Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa
3)      Mewawancarai orang tua atau wali siswa
4)      Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu
5)      Memberikan tes kemampuan intelegensi
b.      Analisis Hasil Diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan yang dialami siswa dapat diketahui secara pasti.
c.       Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam:
1)      Bidang kecakapan bermasalah yang dapa ditangani oleh guru sendiri.
2)      Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
3)      Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua.









BAB V
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Dalam kegiatan belajar, sering timbul permasalan atau hambatan pada anak. Permasalahan belajar dapat timbul dari dalam diri anak sendiri (internal) maupun dari luar (eksternal). Hambatan internal meliputi fisiologis, biologis dan psikologis anak, mulai dari kecerdasan, motivasi, minat, sampai bakat si anak. Sedangkan hambatan eksternal meliputi lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial.
Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, hambatn belajar tersebut harus diatasi. Berbagai hambatan yang timbul saat belajar dapat diatasi mulai dari diri anak sendiri, keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.

A.  Saran
Tenaga pendidik, guru maupun orang tua harus mengerti kemampuan anak. Dalam belajar anak harus didampingi dan dalam mendidik harus menyesuaikan dengan keadaan anak. Dalam belajar anak memiliki kebebasan untuk memilih, namun juga harus mengikuti aturan yang ada.
Untuk siswa yang mengalami hambatan belajar juga harus sadar dan memiliki semangat untuk belajar, karena belajar merupakan bekal untuk masa depan. Siswa harus menjaga kesehatan, hubungan dengan guru, teman, dan keluarga dengan baik agar batin tidak terbebani sehingga dapat belajar dengan baik.



DAFTAR RUJUKAN

Syah, Muhibbin. 2010. Pendidikan Psikologi dengan Pendekatan Baru.Bandung: Remaja Rosdakarya.



1 komentar: