Rabu, 30 Maret 2016

INSTRUMEN EVALUASI TEKNIK TES

A. Pengertian Tes
Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sebagaimana dikemukakan Sax dalam Arifin (2012) bahwa “a test may be defined as a task or series of task used to obtain systematic observations presumed to be representative of educational or psychological traits or attributes”. (tes dapat didefinisikan sebagai tugas atau serangkaian tugas yang digunakan untuk memperoleh pengamatan-pengamatan sistematis, yang dianggap mewakili ciri atau aribut pendidikan atau psikologis). Istilah tugas dapat berbentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil kuantitatif ataupun kualitatif dari pelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik simpulan-simpulan tertentu terhadap peserta didik.
Sementara itu, S. Hamid Hasan dalam Arifin (2012) menjelaskan “tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir (soal) yang dipergunakan”. Rumusan ini lebih terfokus kepada tes sebagai alat pengumpul data. Memang pengumpulan data bukan hanya ada dalam prosedur penelitian, tetapi juga ada dalam prosedur evaluasi. Dengan kata lain, untuk mengumpulkan data evaluasi, guru memerlukan suatu alat, antara lain tes. Tes dapat berupa pertanyaan. Oleh sebab itu, jenis pertanyaan, rumusan pertanyaan, dan pola jawaban yang disediakan harus memenuhi suatu perangkat kriteria yang ketat. Demikian pula waktu yang disediakan untuk menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggaraan tes diatur secara khusus pula. Persyaratan-persyaratan ini berbeda dengan alat pengumpul data lainnya.
Dengan demikian, tes pada hakikatnya adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Artinya, fungsi tes adalah sebagai alat ukur. Dalam tes prestasi belajar, aspek perilaku yang hendak diukur adalah tingkat kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan.

Minggu, 20 Maret 2016

PANDANGAN TEORI SITUASIONAL MENURUT PARA AHLI

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa” keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil..
Masalah kepemimpinan pendidikan saat ini menunjukan kompleksitas,baik dari segi komponen manajemen pendidikan, maupun lingkungan yang mempengaruhi keberlangungan suatu pendidikan. Persoalan yang muncul bisa sepontan, bisa berulang-ulang, makanya diperlukan interaksi yang kreatif dan dinamis antar kepala sekolah , guru dan siswa.
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam perann
                                                                                                           
ya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud Pandangan teori situasional Model Linkert?
2.      Bagaimana pandangan teori situasional menurut Reddin?
3.      BagaimanaPandangan teori situasional model Vroom Yetton?
4.      Apa yang dimaksud Pandangan teori situasional Model Path-Goal(House)?
5.      Apa maksud Model Kontingensi Oleh fiedler?
6.      BagaimanaModel situasional oleh Hersey dan Blanchard?

C.Tujuan
1.      Mengetahui jenis kepemimpinan di dalam lembaga atau organisasi
2.      Mengetahui peyelesaian masalah organisasi dengan teori situasional.
3.      Mengetahui cara kepemimpinan dengan berbagai model.
4.      Mengetahui cara mengembangkan potensi Anggota.
5.      Memahami gaya kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang.

Kamis, 10 Maret 2016

RENDAHNYA KEMAMPUAN MENULIS

TUDUHAN TERHADAP RENDAHNYA KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA
Oleh Melinda Fitria Febdriyana
Mahasiswa jurusan Asministrasi Pendidikan
Universitas Negeri Malang

Saat ini dalam dunia perkuliahan masih banyak mahasiswa yang merasa kebingungan dalam memenuhi tugas yang diantaranya adalah laporan penelitian, makalah, dan lain sebagainya, terutama mahasiswa baru. Mahasiswa tidak begitu memahami bagaimana susunan penulisan karya ilmiah yang benar dan sistematis. Sebenarnya  banyak perlombaan karya ilmiah yang dapat memancing minat mahasiswa untuk menulis karya ilmiah, tapi sayangnya lomba tersebut hanya diikuti oleh sebagian kecil dari jumlah mahasiswa yang ada.